5 Objek Wisata Religi di Banten ini, Tempat yang Tepat untuk Mengasah Keimanan
Thu, 20 Jun 2019 - 01:53 PM
Sejarah panjang yang mengiringi perjalanan Banten dari abad ke-5 saat masih menjadi bagian dari Kerajaan Tarumanegara hingga berdirinya Kesultanan Banten yang tata pemerintahannya berlandaskan sendi-sendi Islam, menjadikan proponsi ini kaya akan objek-objek wisata sejarah. Kali ini panduasia.com akan membahas Wisata Religi yang terdapat di Banten
Objek Wisata Religi tersebar di Seluruh Indonesia dan Banten sebagai salah satu Destinasi yang memiliki cukup banyak objek wisata ziarah plus wisata religi, karena propinsi yang pernah menjadi bagian dari Propinsi Jawa Barat ini merupakan salah satu pusat dari penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang juga menjadi kampung halaman bagi sejumlah ulama besar pada masa lampau.
Karena itu, jika Anda berkesempatan menginjakkan kaki di Tatar Pasundan, jangan lewatkan kesempatan mengasah keimanan dengan mengunjungi sejumlah tempat wisata religi yang ada di Banten berikut ini.
1. Masjid Agung Banten
Dibangun pada masa Kesultanan Banten tepatnya sekitar tahun 1552 -1570 atau pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, membuat Masjid Agung Banten bukan hanya merupakan objek wisata religi tapi juga objek wisata sejarah.
Masjid yang berlokasi di Kecamatan Kasemen yang jaraknya sekitar 10 km di sebelah Utara Kota Serang ini menempati area seluas 1,3 hektar dengan dikelilingi tembok setinggi satu meter. Bangunannya terlihat istimewah dan memberi kesan unik karena memadukan gaya arsitektur Jawa – Hindu, Eropa dan China.
Perpaduan 3 gaya arsitektur tersebut disebabkan karena masjid ini ditangani oleh 3 orang arsitek sekaligus, yaitu Raden Sepat, seorang arsitek Majapahit yang menangani pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Demak, Tjek Ban Tjut seorang arsitek dari China dan Hendrik Lucaz, arsitek berkebangsaan Belanda yang melarikan diri dari Batavia.
Ruang utama masjid berukuran 25 x 19 meter2 beralaskan ubin berwarna hijau muda berukuran 30 x 30 cm2 dan dibatasi dinding yang keempat sisinya memiliki pintu untuk keluar masuk ke ruang utama. Terdapat pula bangunan dua lantai yang disebut Tiyamah dan difungsikan sebagai museum yang menyimpan benda-benda bersejarah pada masa Kesultanan Banten.
Masjid ini memiliki menara yang unik berbentuk segi delapan dengan diameter bagian bawah sekitar 10 meter serta tinggi sekitar 24 meter. Terdapat 83 anak tangga yang dapat ditapaki untuk naik ke puncak menara. Di atas menara itulah dapat dinikmati pemandangan di sekeliling masjid yang indah, karena lokasi masjid memang hanya berjarak sekitar 1,5 km dengan laut.
2. Batu Qur’an
Berlokasi di Kampung Cibulakan. Desa Kadu Bumbang, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, Situs Batu Qur’an merupakan objek wisata religi peninggalan Sultan Maulana Mansyur yang juga Sultan VII Kesultanan Banten.
Konon, dahulu Syeh Maulana Mansyur setiap kali hendak menunaikan haji, cukup dengan melakukan prosesi duduk di atas batu sambil mengucapkan Basmalah, maka atas seijin Allah beliau bisa sampai ke tanah suci Makkah pada saat itu juga. Setelah selesai menjalankan ibadah haji, beliau kembali dengan cara yang sama.
Entah kenapa, pada suatu ketika usai mengerjakan ibadah haji kepulangannya dibarengi dengan keluarnya air dari dalam tanah. Air yang memancar deras tersebut konon air dari Sumur Zamzam. Karena keluarnya air tidak terkendali, akhirnya Syeh Maulana Mansyur mengerjakan sholat di atas sebuah batu yang kini dikenal dengan sebutan Batu Sajadah. Setelah itu menutup tempat keluarnya air menggunakan Al-Qur’an, sehingga pancaran air dapat dikendalikan, dan Al-Qur’an tersebut berubah menjadi batu. Itu sebabnya situs ini dinamakan Batu Qur’an
3. Kompleks Pemakaman Kesultanan Banten
Objek wisata religi yang satu ini berupa tempat penziarahan yang berlokasi di Utara Masjid Agung Banten. Kompleks pemakaman tersebut terbagi dua, pada bagian luar ruangan merupakan makam para pengawal dan kerabat Kesultanan, sedang bagian dalam terdapat 9 makam Sultan beserta keluarganya.
Sembilan makam tersebut diantaranya adalah makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istri, makam Sultan Ageng Tirtayasa, makam Sultan Abulmufakhir makam Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar, makam Sultan Maulana Muhammad, makam Pangeran Ratu dan makam Sultan Zainal Abidin.
Mereka yang berziarah ke kompleks pemakaman Sultan Banten ini, biasanya akan melanjutkan kunjungannya ke museum situs purbakala yang tempatnya tidak begitu jauh dari Masjid Agung Banten Lama.
4. Makam Syekh Maulana Mansyur
Makam dari tokoh yang memiliki peranan penting dalam penyebaran agama Islam di Banten utamanya di daerah Pandeglang ini berlokasi di Desa Cikadeun, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang.
Syekh Maulana Mansyur merupakan putra dari Sultan Banten ke-6 yaitu Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa. Itu sebabnya sepeninggal Sultan Agung Abdul Fatah, tahta Kesultanan Banten diserahkan kepada Syekh Maulana Mansyur yang selanjutnya dikenal dengan sebutan Sultan Haji.
Sebagai salah satu makam yang dianggap keramat oleh masyarakat Banten, membuat makam Syekh Maulana Mansyur banyak dikunjungi para peziarah, terlebih menjelang datangnya bulan suci Ramadhan.
5. Makam Syekh Muhammad Sholeh
Tidak mudah untuk bisa sampai ke makam waliyullah bernama Syekh Muhammad Sholeh, karena peziarah harus mendaki sebuah bukit yang dikenal dengan nama Gunung Santri dengan ketinggian 500 meter dan tingkat kemiringan mencapai 70 – 75 derajat. Perjalanan ke puncak bukit tersebut hanya dapat dilakukan dengan berjalan kaki, sehingga membutuhkan fisik yang prima.
Meski tidak mudah untuk sampai ke lokasi, namun para peziarah yang datang ke sini tidak pernah sepi. Bahkan makam yang berlokasi di Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang ini menjadi salah satu makam keramat di Banten yang paling banyak dikunjungi.
Syekh Muhammad Sholeh adalah murid dari Sunan Ampel. Kepergiannya ke Banten karena diutus oleh gurunya untuk menemui Sultan Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Selanjutnya, Syekh Muhammad Sholeh membantu Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam di daerah Serang dan sekitarnya hingga akhirnya wafat pada usia 67 tahun. (*)